MENGUKUR
DAN MENGHITUNG DAYA MATAHARI
Syahrul AR
20207069
Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: syahrulitb@yahoo.co.id
Abstrak
Matahari
adalah sumber energi yang telah menghangati bumi selama beberapa milyar tahun.
Sebagian besar energi yang kita gunakan dibumi sekarang berasal dari matahari.
Sebagai contoh energi minyak bumi adalah tabungan energi matahari yang
tersimpan dalam bentuk sisa sisa organism hidup (plankton) yang terpendam dalam
lautan selama massa yang panjang. Tentunya sangat menarik untuk mengetahui
berapa besarkah energi yang dituangkan keluar oleh matahari setiap detiknya.
Untuk mengetahui luminositas matahari kita harus menentukan terlebih dahulu
energi yang diterima bumi setiap detik pada permukaan seluas 1 cm2.
Salah satu cara penentuannya adalah dengan menangkap cahaya matahari pada
permukaan logam yang dihitamkan
(misalnya platina atau perak) atau dengan solar cell yang menyerap energi itu,
sehingga suhu naik. Kenaikan suhu itu diukur dari kenaikan tahanan logam
tersebut pada aliran listrik. Harga pengukuran itu kemudian harus dikoreksi
terhadap penyerapan energi oleh atmosfer bumi kita. Transmisi radiasi matahari
yang menjalar kebumi akan mengalami hambatan yang disebabkan oleh media
penyerap yang ada diatmosfer seperti gas bebas dan zat polutan dengan
karakteristik dan panjang gelombang yang dimiliki. Harga yang diperoleh disebut dengan
tetapan matahari. Pengukuran modern terhadap tetapan matahari dilakukan dengan
pesawat terbang, roket dan pesawat antariksa. Dengan mencuplik besaran
inensitas akibat radiasi matahari yang datang sampai di bumi dapat diperoleh
gambaran spektrum yang direkam dengan alat fotometer matahari.
Kata Kunci : Luminositas,
tetapan planck, tetapan matahari
.
Matahari adalah bintang terdekat dengan bumi dengan jarak rata-rata
149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet
(yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya.
Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G. Matahari juga adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata
tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa
dan kutub
karena gerak rotasinya.
Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya
43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar,
karena 98% massa
Tata Surya terkumpul pada matahari Di samping sebagai pusat peredaran, matahari
juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri
dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer,
kromosfer dan korona. Untuk
terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen
dengan zat helium
melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu
kehilangan empat juta ton massa setiap saat. Matahari dipercayai terbentuk pada
4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga
matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya
menyamai 1.370 watt
per meter
persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang
generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi
pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini
terbentuk oleh ledakan big bang
sekitar 14.000 juta tahun lalu.
II.
Bagian-Bagian
Matahari
Angkasa Matahari
Bagian
matahari yang bisa kita amati secara langsung hanyalah bagian angkasa/ atmosfer
matahari saja. Bagian ini terbagi menjadi tiga, yaitu fotosfer, kromosfer, dan
korona.
Fotosfer
Fotosfer
adalah bagian matahari yang paling mudah kelihatan dari bumi. Bagian ini
memiliki temperature sekitar 6.000oC dan didominasi oleh unsur –
unsur hydrogen dan helium (75 % hydrogen, 23 % helium, dan sisanya unsur lain).
Pengamatan
para ahli menunjukkan bahwa yang pertama kali ditemukan difotosfer paling
sedikit 67 unsur kimia. Bahkan, ada satu unsur yang pertama kali ditemukan di
fotosfer yaitu helium. Dalam bahasa yunanu helios berarti matahari dan dari
sinilah nama helium berasal. Di fotosfer tidak hanya terdapat unsur-unsur dalam
bentuk atom karena ada juga molekul-molekul disini. Para ahli sudah mengenali
palinf sedikit 18 jenis molekul yang terdapat pada daerah fotosfer yang tidak
terlalu tinggi suhunya, seperti pada daerah bintik matahari.
Kromosfer
Diatas
fotosfer terdapat suatu lapisan tipis yang kelihatan jelas sekali saat terjadi
gerhana matahari total. Gejala ini pertama kali diamati pada abad ke-17 setelah
para pengamat melihat adanay seberkas cahaya merah pada tepian bulan sesaat
setelah fotosfer tertutup oleh bulan. Nama kromosfer berasal dari warna merah
ini yang diakibatkan oleh atom-atom hydrogen.
Kromosfer
memiliki ketebalan 2.000 – 3.000 km, tetapi batas dengan bagian diatasnya tidak
jelas karena di lapisan perbatasan kromosfer berubah menjadi lautan semburan
materi yang diberi nama spicule. Kerapatan gas di kromosfer berkurang dengan
bertambahnya ketinggian dari fotosfer, sementara suhunya menngkat drastic
dengan bertambahnya ketinggian. Bagian bawah bersuhu 4.500oC
sedangkan dibagian perbatasan dengan daerah diatasnya, yang dinamakan daerah
transisi, suhunya mencapai 100.000oC.
Korona
Di
atas daerah transisi kromosfer terdapat lapisan terluar angkasa matahari yang
sangat renggang dan disebut korona (berarti mahkota). Kerapatan partikel di
daerah ini begitu rendah, jauh lebih rendah daripada kerpatan ruang hampa
terbaik yang ada di laboratorium di bumi. Di bagian bawah, korona memiliki
kerapatan 109 atom/cm3 dan dibagian atas yang sebesar 1016
atom/cm3.
Kecerlangan
korona jauh lebih rendah dibandingkan degan kecerlangan fotosfer (seperjuta kalinya). Itulah sebabnya korona
matahari hanya bisa diamati pada saat gerhana matahari total meskipun sebenarnya
kecerlangan korona sendiri sama dengan setengah kecerlangan bulan purnama. Pada
saat gerhana matahari, korona tampak seperti mahkota yang menyelubungi
matahari. Meskipun demikian, adanya korona sudah lama diketahui. Korona
matahari pertama kali disebut kan oleh Plutarchus dan dibahas secara lebih
mendalam oleh Johannes Kepler dalam salah satu bukunya.
Pengamatan
spektroskop pada korona menunjukkan bahwa korona terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian korona F (Fraunhofer), bagian korona K (Kontinuum), serta bagian
korona K dan F yang ditumpangi spectrum unsur-unsur yang terionisasi. Bagian
korona F adalah bagian korona yang
paling besar ukurannya karena bisa meluas sampai ke ruang antar planet . Dari
spektrumnya didapat bahwa gas-gas fotosfer seperti hydrogen dan helium sangat
mendominasi daerah ini. Spektrum bagian K berasal dari cahaya fotosfer yang
dipantulkan oleh elektron bebas yang ada dikorona. Pada bagian korona yang
ketiga terdapat unsur-unsur yang sangat terionisasi seperti kalsium, besi,
nikel. Unsur-unsur ini pertama kali dikenali oleh seorang fisikawan Swedia
bernama B. Edlen pada tahun 1942.
Pada
akhir abad ke 19 para ahli merasa yakin telah menemukan unsur baru yang hanya
ada di korona matahari dan di beri nama coronium. Namun, akhirnya para ahli sadar bahwa unsur
coronium ini sebenarnya adalah unsur besi yang terionisasi 13 kali. Pengamatan
adanya unsur yang terionisasi di korona mengungkapkan bahwa korona memiliki
suhu yang amat tinggi. Hal ini mengherankan para peneliti karena sementara suhu
fotosfer hanya 6.000oC, maka
korona bisa mencapai suhu 1.000.000oC sampai 2.000.000oC.
Pada mulanya para ahli ragu-ragu menerima hal ini, Mereka berpikir, bagaimana
mungkin panas bisa mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang lebih panas.
Hal ini bertentangan dengan salah satu prinsip dalam fisika. Hukum
termodinamika kedua yang menyatakan bahwa panas selalu mengalir dari tempat
bersuhu tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah. Hal ini membingungkan
mereka dan baru pada tahun 1940-an para ahli menerimanya sebagi suatu
kenyataan. Para ahli fisika matahari mulaui mencoba mencari penjelasan mengapa
gejala aneh yang seolah melanggar salah satu hokum dasar fisika bisa terjadi.
Setelah beberapa lama berlangsung perdebatan, akhirnya yan g diterima adalah
skenario dari Eugene Parker yang mengatakan bahwa panasnya gas korona berasal
dari terlepasnya energi magnetic yang datang dari lapisan bawahnya. Parker
mengatakan bahwa pemanasan itu berasal dari terjadinya proses ledakan flare
berukuran kecil , yang berlangsung sangat sering dan melepaskan energi magnetik.
Proses ledakan flare mikro yang sangat banyak dan sering terjadi inilah yang
kemudian memanaskan korona sampai mencapai temperature yang sangat tinggi.
Korona
matahari tidak stabil, dan selalu beruah. Bila kepada para pemburu gerhana
matahari ditunjukkan foto gerhana matahari total yang disertai dengan gambar
korona yang jelas, mereka bisa mengenali gerhana mana yang mereka lihat dengan
mengamati bentuk koronanya. Pada umumnya korona tidak terlalu tampak didaerah
kutub matahari dan tampak melebar di daerah ekuator . Tidak setiap titik di
permukaan matahari bisa menghasilkan pancaran partikel yang membentuk korona.
Daerah-daerah di fotosfer yang tidak menghasilkan pancaran korona dinamakan
daerah lubang korona (coronal hole) dan biasanya terletak di daerah kutub-kutub
matahari.
Pengamatan
korona membuat para ahli mendapat gambaran tentang struktur medan magnet
matahari di daerah itu. Hal ini persis serupa dengan cara kita mengamati medan
magnet di sekeliling sebuah magnet batang dengan menanburkan serbuk besi
disekelilingnya. Pola penyebaran serbuk besi menggambarkan bagaimana bentuk dan
struktur medan magnet batang itu. Bentuk-bentuk lengkung pada busur-busur
korona menunjukkan partikel-partikel yang tertangkap garis-garis gaya medan
magnet matahari yang kutub-kutubnya ada dipermukaan matahari. Partikel
bermuatan yang berada dalam suatu medan magnet tidak bisa bergerak tegak lurus
medan itu, tetapi hanya bisa dalam arah sejajar medan. Akibatnya, tampaklah
busur-busur korona akibat terperangkapnya partikel-partikel bermuatan di medan
magnet korona. Bagian korona yang menjulur ke luar merupakan daerah yang
garis-garis gayanya terputus, sehingga partikel-partikel yang ada di dalam
medan magnet itu bisa bergerak.
Korona
yang bisa mejulur jutaan kilometer dari permukaan matahari membawa partikel dan
radiasi yangdipancarkan kesegala arah dengan kecepatan yang amat tinggi.
Partikel-partikel, ini yang terlepas dari medan grafitasi matahari, kemudian
dinamakan angin surya (solar wind).
Selain melalui mekanisme diatas, angin
surya bisa dilepaskan oleh lubang-lubang korona, bahkan diduga sebagian besar
pancaran angin surya yang berkecepatan tinggi berasal dari lubang korona ini.
Angin surya bergerak dalam ruang anatarplanet dengan kecepatan tinggi, dan
ketika sampai didekat bumi mencapai kecepatan 500 kilometer per detik. Akibat
hembusan angin surya ini medan magnet buni (magnetosfer bumi) menjadi tidak
simetris bentuknya. Pada bagian yang menghadap matahari magnetosfer bumi
menjadi lebih mampat, sehingga medan ini hanya ada sampai pada jarak 10 kali
jari-jari bumi, sedangkan pada bagian yang membelakangi matahari medan bisa
meluas sampai pada jarak 1.000 kali jari-jari bumi.
III.
Radiasi
Matahari
Matahari
sesungguhnya adalah sebuah bintang, tidak jauh berbeda dengan bintang-bintang
lain yang kelihatan dilangit malam. Yang membedakannya dari bintang-bintang
lain adalah jaraknya dari bumi. Bintang
di langit berjarak jutaan, bahkan miliaran, kali jarak matahari ke bumi
sehingga cahaya bintang yang sampai di bumi sudah lemah sekali. Jarak antara
matahari dan bumi hanya 150 juta kilo. Karena begitu dekatnya, pancaran radiasi
matahari sangat terasa dibumi. Pancaran inilah yang menjadi sumber energi kehidupan di bumi. Matahari yang pada jarak
150 juta kilometer dari bumi panas teriknya masih bisa dirasakan, sebenarnya
adalah bintang yang biasa saja ukurannya, tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil. Matahari kita dari segi umurnya (4,5 miliar tahun) juga termasuk bintang
yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Demikian juga dengan massanya
yang 1,9 x 1030 kg matahari juga merupakan bintang yang biasa saja.
Pendeknya, ditinjau dari sudut fisika bintang, matahari tidak terlalu banyak
memiliki aspek yang menarik perhatian seorang astronomi penghuni sebuah
tatasurya lain. Meskipun demikian
matahari tetap penting bagi para ahli fisika bintang di bumi, karena dengan
mempelajari matahari mereka mendapat
menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet) sedangkan
karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan
panjang gelombang yang lebih panjang (infra merah). Selain
pengurangan radiasi bumi (sorotan) oleh penyerapan tersebut, masih ada radasi
yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu dan uap air diatmosfer dibagi
menjadi tiga macam cara radiasi matahari sampai kepermukaan bumi yaitu :
a.
Radiasi langsung (Beam/Direc Radiation)
adalah radiasi yang sampai ke permukaan bumi tanpa perubahan arah atau radiasi
yang diterima bumi dalam arah sejajar sinar datang.
b.
Radiasi hambur (Diffuse Radiation)
adalah radiasi yang mengalami perubahan akibat pemantulan dan penghamburan.
c.
Radiasi total (Global Radiation) adalah
penjumlahan radiasi langsung dan radiasi penghamburan, misalnya data untuk
suatu permukaan miring tanah yang tertutup salju serta menerima komponen radiasi
karena pemantulan harus dirinci dulu kondisi saljunya yaitu sifat pantulannya
(Reflektansi).
Untuk
mengetahui luminositas matahari kita harus menentukan terlebih dahulu energi
yang diterima bumi setiap detik pada permukaan seluas 1 cm2. Salah
satu cara penentuannya adalah dengan menangkap cahaya matahari pada permukaan
logam yang dihitamkan (misalnya platina
atau perak) atau dengan solar cell yang menyerap energi itu, sehingga suhu
naik. Kenaikan suhu itu diukur dari kenaikan tahanan logam tersebut pada aliran
listrik. Harga pengukuran itu kemudian harus dikoreksi terhadap penyerapan
energi oleh atmosfer bumi kita. Harga yang diperoleh disebut dengan tetapan
matahari. Pengukuran modern terhadap tetapan matahari dilakukan dengan pesawat
terbang, roket dan pesawat antariksa. Hasil pengukuran yang diperoleh adalah,
permukaan seluas 1 cm2 yang terletak diluar atmosfer bumi menerima energi
matahari setiap detiknya sebesar Eo=1,37 x 106 erg cm-2s-1
Hubungan antara tetapan matahari dengan luminositas matahari dapat
diperoleh sebagai berikut yaitu sebuah benda memancarkan energi sebesar L
setiap detik kesegala arah (dengan kata lain luminositas benda adalah L). Kita
bayangkan sebuah bola berpusat pada sumber energi matahari yang kita lihat di
bumi. dan berjari-jari d. Seluruh energi yang dipancarkan benda dalam satu
detik akan melewati permukaan bola itu dalam sedetik pula, berarti setiap 1
dapat kita ambil 1 AU, maka persamaan 1) memberikan harga luminositas matahari.
LΘ= 4
Θ = 3,86 x 1033 erg s-1
Dengan kata lain luminositas matahari 3,9 x 1023 kilowatt. Energi
yang dipancarkan matahari dalam sedetik
sama dengan yang dibangkitkan oleh semua pembangkit energi buatan manusia
sekarang selama 3 juta tahun. Jejari matahari dapat kita tentukan dengan dinyatakan dalam radian. Dari pengukuran
diketahui α = 960” atau 4,654 x 10-3 radian, dank arena d diketahui
yaitu 1 AU = 1,496 x 1013 cm maka jejari matahari adalah : RΘ
= 6,96 x 1010 cm atau hampir 700.000 Km. Jadi jejari matahri 109
kali jejari bumi. Akan kita lihat kemudian, walaupun jejari matahari jauh lebih
besar daripada bumi tetapi matahari bukan termasuk bintang yang berukuran
besar, bahkan tergolong bintang kerdil. Dengan mengetahui luminositas dan
jejari matahari, maka dapat ditentukan temperatur permukaan matahari dengan
menggunakan persamaan :. Teori pancaran benda hitam, bila kita menyinari suatu
benda dengan radiasi elektromagnetik, benda tadi akan menyerap setidaknya
sebagian energi radiasi itu. Akibat penyerapan energi ini temperatur benda akan
naik. Andaikan benda hanya menyerap energi tanpa memancarkannya kembali,
temperature benda akan naik terus menerus. Namun bukan hal itu yang terjadi,
sebagian energi yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda. Temperatur
masih akan naik bilamana laju penyerapan energi lebih besar daripada laju
pancarannya. Tetapi akhirnya benda akan mencapai temperatur keseimbangan dimana
laju penyerapan energi sama dengan laju pemancarannya. Keadaan ini disebut
keadaan setimbang termal atau keadaan setimbang termodinamik. Pada umumnya
benda tidak menyerap semua energi elektromagnetik yang jatuh padanya. Sifat
pemancaran energi oleh benda semacam ini sulit untuk difahami.Untuk dapat
memahami sifat pancaran benda, orang membayangkan atau menghipotesiskan suatu
pemancaran sempurna yang disebut benda hitam.
Sebuah benda hitam menyerap seluruh energi yang datang padanya. Pada
keadaan setimbang termal, temperatur benda hanya ditentukan oleh jumlah energi
yang diserapnya per detik. Pada keadaan ini, sifat pancaran dapat dengan tepat
ditentukanti dengan peralatan berupa kotak tertutup dengan dinding yang
tersekat rapat dan berwarna hitam di dalamnya.Energi di dalam kotak itu akan
diserap oleh dinding dan dipancarkan kembali. Dalam keadaan setimbang
temperatur di dalam kotak akan seragam. Sifat energi di kotak dapat diamati
melalui lubang ecil di dinding kotak. Kotak ini disebut kotak isothermal.
Istilah hitam mempunyai arti bahwa benda hitam menyerap seluruh energi yang
datang padanya, tetapi warna sesungguhnya tidak perlu hitam. Sebuah benda hitam
yang suhunya beberapa ribu derajat akan tampak berwarna merah atau kuning, dan
yang suhunya beberapa puluh ribu derajat tampak berwarna biru.
IV.
Hukum
Pancaran
Bila
kita menyinari suatu benda dengan radiasi electromagnet, benda tadi akan
menyerap setidaknya sebagian energi radiasi itu. Akibat penyerapan energi ini
temperatur benda akan naik. Andaikan benda hanya menyerap energi tanpa
memancarkannya kembali, temperatur benda akan naik terus menerus. Namun bukan
itu yang terjadi, sebagian energi yang diserap akan dipancarkan kembali oleh
benda. Temperatur masih akan naik bila mana laju penyerapan energi lebih besar
dari pada laju pancarannya. Tapi akhirnya benda akan mencapai temperatur
keseimbangan dimana laju penyerapan energi sama dengan laju pancarannya.
Keadaan ini disebut keadaan setimbang termal atau keadaan setimbang
termodinamik.
Pada
umumnya benda tidak menyerap semua energi electromagnet yang jatuh padanya.
Sifat pemancaran energi oleh benda semacam ini sulit untuk difahami. Untuk
dapat memahami sifat pancaran benda, orang membayangkan atau menghipotesiskan
suatu pemancar sempurna yang disebut benda hitam. Sebuah benda hitam menyerap
seluruh energi yang datang padanya. Pada keadaan setimbang termal, temperatur
benda hanya ditentukan oleh jumlah dengan tepat ditentukan. Dalam alam tak ada
benda hitam yang sempurna, tetapi dalam laboratorium sifat benda hitam dapat
didekati dengan peralatan berupa kotak tertutup dengan dinding yang tersekat
rapat dan berwarna hitam di dalmnya. Energi didalam kotak itu akan diserap oleh
dinding dan dipancarkan kembali. Dalam keadaan setimbang temperatur di dalam
kotak akan seragam. Sifat energi di dalam kotak dapat diamati melalui lubang
kecil di dinding kotak. Kotak ini disebut kotak isotermal. Perhatikan istilah
‘hitam’ di sini mempunyai arti bahwa benda hitm menyerap seluruh energi yang
datang padanya, tetapi warna sesunggunya tidak perlu hitam. Sebuah benda hitam
yang suhunya beberapa ribu derajat akan tampak berwarna merah atau kuning, dan
yang suhunya beberapa puluh ribu derajat tampak berwarna biru. Akan kita
bicarakan kemudian bahwa sifat pancaran bintang menyerupai sifat pancaran benda
hitam, walaupun sudah barang tentu bintang bukanlah benda hitam yang sempurna.
Teori
kuantum dimulai dengan fenomena radiasi benda hitam. Apabila suatu benda
dipanaskan maka akan tampak mengeluarkan radiasi (misalnya ditandai dengan
terpancarnya cahaya yang berwarna-warni). Dalam keadaan kesetimbangan maka
cahaya yang dipancarkan akan tersebar dalam seluruh spektrum frekuensi v atau
panjang gelombang ë, dan kita berusaha mendefinisikan daya terpancar yaitu
energi emisi pada panjang gelombang ë per satuan luas per satuan waktu, E(ë,
T). Ini adalah fungsi universal. Dalam hal radiasi benda hitam maka benda
mempunyai karakteristik penyerap sempurna terhadap radiasi yang mengenainya.
Secara praktis kita dapat membuat benda hitam ini misalnya sebuah kotak dengan
lubang kecil sedemikian hingga sembarang radiasi yang masuk benda hitam melalui
lubang kecil, akan terpantul-pantul diantara dinding bagian dalam benda hitam
dan tidak ada kemungkinan lolos keluar (karakteristik penyerap sempurna) lewat
lubang tersebut.
Kirchhoff
(1859) menunjukkan dari hukum kedua termodinamika, bahwa radiasi di dalam
rongga benda hitam bersifat isotropik, yaitu fluks radiasi bebas dari
arah/orentasi, kemudian juga bersifat homogen yaitu fluks radiasi sama untuk
disetiap titik, dan juga sama dalam semua rongga pada suhu yang sama, untuk
setiap panjang gelombang1. Daya emisi (dengan alasan geometrik
sederhana) lalu dikaitkan dengan rapat energi u(ë, T) di dalam
rongga. Relasi ini adalah :
Berikutnya
Wien (1894) dengan gagasan – gagasan yang juga sangat
umum menunjukkan rapat energi haruslah dalam bentuk berikut :
Dengan
f fungsi yang masih umum. Dalam bentuk fungsi frekuensi maka dapat kita
tuliskan menjadi ;
Dengan
persamaan ini kemudian dinyatakanlah Hukum Wien dalam bentuk ;
Implikasi
dari hokum ini adalah :
- Distribusi spectrum radiasi benda hitam untuk sembarang temperatur dapat dicari dengan rumus diatas.
- Bila
fungsi g(x) mempunyai nilai maksimum untuk x > 0 maka berlaku
dengan b adalah
tetapan universal
Sebelum
kita membicarakan sifat pancaran benda hitam akan kita bicarakan terlebih
dahulu besaran yang berkaitan dengan pancaran tersebut. Pertama-tama akan kita bicarakan
pengertian sudut bidang dan sudut ruang. Sudut bidang yang biasa kita kenal
merupakan pengukur besarnya bukan antara dua garis lurus. Dalam gambar 1.
dilukiskan bagian lingkaran dengan jejari r yang dipotong oleh dua garis lurus
yang membentuk sudut α bila panjang busur AB adalah s, sudut bidang α didefinisikan
sebagai :

Gambar 1.
α
dinyatakan dalam satuan radian. Dari definisi ini jelas, sudut 360o
adalah 2π radian. Dapat didefinisikan sudut ruang dengan cara yang serupa.
Sudut ruang menyatakan besarnya bukan suatu kerucut seperti yang dilukiskan
pada gambar 1. Misalkan A adalah luas permukaan bola berjejari r yang dipotong
oleh kerucut tersebut. Sudut ruang kerucut, ω, didefinisikan sebagai :
Dalam
rumus ini satuan ω adalah steradian. Jelas sudut ruang yang menyetakan semua
arah adalah
steradian. Selanjutnya
akan dinyatakan besar suatu unsur kecil sudut ruang dω dalam koordinat bola.
Pada gambar 2 . Terlihat luas permukaan bola dengan jejari r yang dipotong oleh
kerucut dengan sudut ruang dω yang arah sumbunya diberikan oleh sudut θ dan φ adalah
, maka unsur sudut ruang dω adalah :

Gambar
2.
Selanjutnya
didefinisikan besaran dasar pengukur pancaran. Tinjaulah suatu unsur permukaan
dA yang arah normalnya (arah tegak lurus) adalah garis n. Bila suatu berkas
pancaran melewati permukaan tersebut, berarah tegak lurus pada permukaan, dalam
sudut ruang besar dω (lihat gambar 2.) maka jumlah energi yang lewat dalam
selang waktu dt adalah :
Besaran
I disebut intensitas spesifik pancaran tersebut. Jadi intensitas spesifik
menyatakan jumlah energi yang mengalir pada arah tegak lurus permukaan, per cm2,
per detik, per stradian. Bila ditinjau berkas pancaran yang membentuk sudut θ
terhadap garis normal (gambar2.), pancaran itu bisa dibanyangkan melewati suatu
permukaan dA’ dengan arah tegak lurus. Dalam hal ini
dengan persamaan (8)
diperoleh :
Atau
Persamaan
(9) menyatakan besarnya energi yang dipancarkan oleh satuan luas permukaan,
perdetik, pada arah θ, dan dalam sudut ruang dω.

Gambar
3
Dapat
dihitung jumlah energi yang dipancarkan keluar melalui permukaan seluas 1 cm2,
per detik, kesegala arah dengan mengintegrasikan persamaan (9) kesemua arah
(luar), yaitu θ dari 0 hingga
dan
dari 0 hingga
,
………… (10)
Besarn
F disebut fluks pancaran. Bila pancaran bersifat isotrop, yaitu sama kesemua
arah, dengan kata lain I bukan fungsi
dan
, persamaan (10) memberikan
Suatu
benda hitam tidak memancarkan seluruh gelombang electromagnet secara merata.
Benda hitam bisa memancarkan cahaya biru lebih banyak dibandingkan dengan
cahaya merah, atau sebaliknya, bergantung pada suhunya. Sifat pancaran benda
hitam dipelajari secara eksperimen pada akhir abad yang lalu, tetapi baru pada
awal abad ini Max Planck (1858 – 1947) berhasil berhasil memperoleh
penafsirannya secara fisis. Planck membayangkan dinding suatu kotak isothermal
terdiri atas banyak dwi kutub listrik (electric dipole) yang berlaku sebagai
pengetar selaras (harmonic oscillators). Jadi berkas pancaran termal suatu
pemancar sempurna mengandung gelombang elektro magnet yang dipancarkan oleh
penggetar seperti itu. Oleh Planck dikemukakan bahwa energi pengetar itu hanya
mempunyai harga kelipatan energi tertentu yaitu n
dengan n =
0,1,2,3,….dst sedangkan
disebut kuantum energi yang besarnya adalah
;
adalah frekwensi
penggetar dan h sebuah tetapan yang disebut tetapan Planck. Beberapa tahun
kemudian Einstein, menunjukkan, radiasi itu sendiri terdiri atas butir-butir
energi yang disebut kuanta atau foton yang masing – masing mempunyai energi
. Berdasarkan hipotesis Planck ini dapat dibuktikan suatu
benda hitam yang temperaturnya T akan memancarkan energi berpanjang gelombang
antara
dan
(
kecepatan cahaya,
frekwensi dengan intensitas spesifik sebesar
dengan :
………………(12)
Bila
dinyatakan dalam frekwensi, intensitasnya
dengan
……….….(13)
Tetapandalam
persamaan ini adalah :
h
= tetapan Planck = 6,625 x 10-27 erg s
k
= tetapan Boltzman = 1,380 x 10-16 erg K-1
c
= kecepatan cahaya dalam ruang hampa = 2,998 x 1010 cm s-1
sedangkan
T adalah temperatur dalam derajat Kelvin.
Sebaran
atau distribusi energi menurut panjang gelombang ini ditunjukkan pada gambar 4.
Untuk pancaran benda hitam dengan berbagai temperature. Perhatikan bahwa
semakin tinggi temperatur benda hitam, makin tinggi pula intensitas spesifiknya
dan jumlah energi yang terbesar dipancarkan pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Peristiwa tersebut sudah diamati sebelum Planck merumuskan hukumnya dan
dikenal sebagai Hukum Stefan-Boltzman dan Hukum Wien.
Gambar
4.
Untuk
itu dapat ditentukan panjang gelombang bagi pancaran benda hitam yang maksimum,
yaitu
pada harga maksium
kurva gambar 4. Panjang gelombang ini kita tuliskan
, yang harganya dapat diperoleh dari syarta maksimum.
Dan
ini memberikan :
…………..…………(16)
Hasilnya
adalah :
Dimana
:
Persamaan
(17) adalah Hukum Stefan-Boltzman dan tetapan
disebut tetapan Stefan-Boltzman.
Dari
intensitas spesifik B(T) dapat ditentukan jumlah energi yang dipancarkan oleh
tiap cm2 permukaan benda hitam, energi yang dipancarkan seluruh
benda itu kesemua arah per detik adalah :
L disebut luminositas benda. Temperatur
bintang yang ditentukan dari Hukum Stefan-Boltzman ini disebut temperature
efektif.
Untuk
mengetahui luminositas matahari kita harus menentukan terlebih dahulu energi
yang diterima bumi setiap detik pada permukaan seluas 1 cm2. Salah
satu cara penentuannya adalah dengan menangkap cahaya matahari pada permukaan
logam yang dihitamkan (misalnya platina
atau perak) yang menyerap energi itu, sehingga suhu naik. Kenaikkan suhu itu
diukur dari kenaikan tahanan logam tersebut pada aliran listrik. Harga
pengukuran itu kemudian harus dikoreksi terhadap penyerapan energi oleh
atmosfer bumi. Harga yang diperoleh disebut tetapan matahari. Pengukuran modern
terhadap tetapan matahari dilakukan dengan pesawat terbang, roket dan pesawat
antariksa. Hasil yang diperoleh adalah permukaan seluas 1 cm2 yang
terletak diluar atmosfer bumi menerima energi matahari setiap detiknya sebesar
:
Hubungan
antara tetapan matahari dengan luminositas matahari dapat diperoleh sebagai
berikut yaitu sebuah benda memancarkan energi sebesar L setiap detik kesegala
arah (dengan kata lain luminositas benda adalah L). Kita bayangkan sebuah bola
berpusat pada sumber energi matahari yang kita lihat di bumi. dan berjari-jari
d. Seluruh energi yang dipancarkan benda dalam satu detik akan melewati
permukaan bola itu dalam sedetik pula, berarti setiap cm2 permukaan
bola setiap detiknya akan dilewati energi sebesar :
Dalam
hal energi matahari yang sampai ke bumi, E adalah tetapan matahari, d adalah
jarak matahari yang dapat kita ambil 1 AU, maka persamaan (22) memberikan harga
luminositas matahari :
Dengan
kata lain luminositas matahari 3,9 x 1023 kilowatt. Energi yang
dipancarkan matahari dalam sedetik sama
dengan yang dibangkitkan oleh semua pembangkit energi buatan manusia sekarang
selama 3 juta tahun.

Gambar
5
Jejari
matahari dapat ditentukan dengan mengukur besarnya sudut bundaran matahari yang
dilihat dibumi. Perhatikan gambar 5, sudut
disebut jejari sudut matahari dan jejari matahari sebenarnya
atau jejari liniernya adalah Ro. Hubungan antara jejari sudut dan
jejari linier adalah :
Karena
sudut α kecil, maka dapat dituliskan persamaan 19) dalam bentuk :
α dinyatakan dalam radian. Dari pengukuran
diketahui α=960” atau 4,654 x 10-3 radian, dan karena d diketahui
yaitu 1 AU = 1,496 x 1013 Cm, maka jejari matahari adalah :
Ro
= 6,96 x 1010 Cm……………………(26)
atau
hampir 700.000 Km. Jadi jejari matahari adalah 109 x jejari bumi. Walaupun
jejari matahari jauh lebih besar daripada bumi tetapi matahari bukan termasuk
bintang yang berukuran besar, bahkan tergolong bintang yang kerdil.
Dengan
mengetahui luminositas dan jejari matahari, lebih lanjut dapat ditentukan
temperatur permukaan matahari dengan
menggunakan persamaan (20). Temperatur yang dihitung dengan Hukum
Stefan-Boltzman ini disebut temperature efektif. Besarnya temperature efektif matahari
dapat dihitung dengan :
Teo
= 5785 K dimana
………………………………………(27)
Suhu
di dalam matahari lebih tinggi lagi. Pada temperatur setinggi itu dimatahari
tak ada zat dalam keadaan padat atau cair. Matahari seluruhnya terdiri atas gas
.
V.
Kesimpulan
- Besarnya intensitas radiasi matahari dapat diperoleh melaui gambarab spectrum yang terekam
- Besarnya
temperature efektif matahari (T=5784 K) dimana

- Besarnya Daya atau Luminositas matahari adalah 3,9 x 1023 kilowatt
- Transmisi radiasi matahari yang menjalar kebumi akan mengalami hambatan yang disebabkan oleh media penyerap yang ada diatmosfer seperti gas bebas dan zat polutan dengan karakteristik dan panjang gelombang yang dimiliki. Harga pengukuran yang diperoleh disebut tetapan matahari. Pengukuran modern terhadap tetapan matahari dilakukan dengan pesawat terbang, roket dan pesawat antariksa.
Daftar Pustaka
1. Sutantyo
Winardi, 1984, Astrofisika Mengenal Bintang, Penerbit ITB
2. A.
Gunawan Atmiranto, Tata Surya dan Alam Semesta, Canesius,jogyakarta,2000
3. Wikipedia,
Ensiklopedia bebas, 2009
4. Jhon
Willey & Son, Quantum Physic, Gasiorowicz S 1974
5. N
Huda & H Zain, Fotometer untuk Pemantauan Spektrum Radiasi Matahari,
Proceeding KOMMIT 2002, Universitas Gunadarma Jakarta

permisi kenapa fotonya gak muncul ya
BalasHapus